Filosopi Pedoman Perguruan Silat Meong Palo

1. Manini (berhati-hati)

Berhati-hati bisa berarti waspada, selalu membuka mata ataupun menjaga diri pada suatu kondisi. Makna tersirat pun bersifat emotif (menjadikan rasa). Rasa perduli dan kasih pun tersirat dalam ungkapan 'berhati-hati'.

Bisikan yang baik dan mengarah pada hal-hal positif. Sehingga ada istilah 'ikuti kata hati'. Karena dengan hati, kita mengolah rasa, cipta dan karsa. Karena dengan hati pula kita mengolah beragam fikir dan sisi memori otak dengan 'perasaan'.

Karena hanya dengan hatila diri menjadi waspada.
Dan selalu mendengarkan bisikan nurani. Bisikan untuk selalu mendengar apa yang baik dan benar.


2. Mariawa (merendah hati)

Secara umum rendah hati dimengerti sebagai suatu sikap yang tidak sombong atau tidak menyombongkan diri karena kelebihan yang dimiliki. Lebih sederhana lagi, dengan menggunakan antonim 'rendah hati', maka rendah hati diartikan adalah tidak tinggi hati, tidak angkuh, tidak sombong, tidak pongah.

Sesungguhnya rendah hati mengandung arti dan makna yang sangat dalam dari sekadar yang dipahami secara umum. Rendah hati bahkan sulit untuk didefinisikan dalam satu kalimat yang mana kalimat itu mengakomodir seluruh arti dan makna yang terkandung di dalam 'rendah hati'.

Dengan itu, seorang rendah hati tidak memandang kelebihan dirinya sebagai hal yang luar biasa, sebab dia tahu bahwa orang lain juga memiliki kelebihan yang tidak dimilikinya.

Dia tampak biasa-biasa saja seolah tidak memiliki hal yang luar biasa. Oleh karena itu seorang rendah hati tampil sewajarnya. Tidak ada kesengajaan untuk menunjukkan; menampilkan; memerlihatkan; menyorotkan kelebihannya untuk supaya dilihat atau diketahui oleh orang lain.

Tidak ada sedikitpun terlintas dipikirannya supaya orang melihat bahwa dia punya sesuatu yang lebih. Tidak sedikitpun terbesit di hatinya agar orang terkagum-kagum kepadanya, memuji dirinya, dan mengakui kelebihannya.

Rendah hati melapangkan hati. Bukan hanya hati tidak mudah tersinggung, tidak mudah terlukakan, tetapi juga siap dinomorduakan, siap tidak dianggap, siap tidak dihargai, siap direndahkan, siap dihina, dan sebagainya.

Sebaliknya, rendah hati menyadari dan mengakui kesalahan diri. Seorang yang rendah hati tidak menunggu untuk minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya.

Tidak sungkan untuk mengakui itu.

3. Mammase (saling mengasihi)

Kasih adalah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia, perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi.

Kasih juga bisa dikatakan hubungan keterkaitan antara manusia tersebut dengan sesuatu. Dan kasih bisa bermakna luas, bukan hanya antara manusia dengan manusia, tetapi bisa juga antara Tuhan dengan manusia.

Dan dengan adanya rasa kasih tersebut membuat manusia mempunyai tujuan hidup yang akan diperjuangkan.
Makna kasih yang sesungguhnya itu bagaimana kita memberi yang terbaik buat orang lain, baik itu membahagiakan, tidak merebut kebahagiaan orang lain dan membuka pintu hati untuk sebuah kasih. Kasih adalah suatu perasaan, tetapi kasih ini beda dengan CINTA, kasih lebih bersifat rasa kepedulian seorang insan tanpa ingin meminta imbalan atas apa yang telah dilakukan untuk yang dikasihinya.

Kasih mempunyai makna yang beragam :

- Kasih berarti menyayangi

- Kasih berarti mencintai

- Kasih berarti membahagiakan orang yang kita kasihi.

- Kasih kepada Tuhan berarti mencintai Tuhan dengan cara menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

- Kasih kepada orang tua berarti menyangi mereka dengan setulus hati dan berusaha untuk tidak menyakiti hatinya.

- Kasih kepada sahabat berarti menjaga mereka dengan kasih sayang dan tidak mengkhianati.

- Kasih kepada pasangan berarti menjaga kepercayaan dengan setulus hati.

Dari makna Kasih itu adalah diciptakan untuk membuat kita saling mengasihi karena dengan Kasih kita akan selalu berbuat yang terbaik baik itu hubungan antara kita dengan Tuhan, manusia, alam dan makhluk hidup lainnya di dunia ini.

4. Mataratte (sopan dan santun)

Kesan pertama kita menilai seseorang adalah melalui penampilan luarnya; apakah tutur katanya santun, atau perilakunya sopan dan hormat sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Perilaku hormat dan santun yang diajarkan kepada anak-anak, dapat memberikan peluang besar bagi mereka untuk menjadi orang yang berkarakter (berakhlak mulia).

Karena atribut luar (sopan dan santun) perlu diajarkan dulu sebelum mengajarkan maknanya (menjadi manusia berakhlak mulia), karena anak kecil belum dapat menangkap makna dibalik apa yang terlihat secara kasat mata.

Namun mengajarkan atribut luar saja tidak cukup, karena seorang anak perlu diajarkan bagaimana menjadi manusia berakhlak mulia dengan cara mempraktikannya, dan menghidupkan rasa cinta terhadap kebajikan, sehingga nuraninya menjadi hidup.

Apabila tidak, maka perilaku hormat dan santun tidak mempunyai makna hakiki, karena hanyalah hiasan luar saja. Ibaratnya mengajarkan anak-anak untuk memberi hormat kepada bendera setiap hari Senin, tetapi tidak mengajarkan mereka bagaimana menghormati negara dengan cara menjaga kehormatan dirinya (tidak korupsi, dan membuat keruasakan di muka bumi).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH SINGKAT PSMP

AD/ART PSMP 2007

Logo Keorganisasian PSMP